lingkaran
Educational community for Creatives to develop skills and interests through knowledge sharing.
Jika CV atau resume jadi tempat untuk menjual pengalaman professionalmu secara ringkas, portofolio adalah galeri untuk memamerkan skill dan karyamu. Portofolio berfungsi sebagai bukti yang memperkuat kompetensi yang kamu cantumkan di CV atau resume. Nah, kalau kamu seorang content writer atau social media specialist, artikel ini bisa membantumu menulis portofolio yang meningkatkan nilai jualmu.
Sayangnya, kemungkinan besar rekruiter tidak akan membaca seluruh isi portfolio. Oleh karena itu, pikirkan tentang kemampuan mana yang ingin kamu tunjukkan dan hindari memasukan detail yang tidak perlu, supaya portfolio kamu menjadi kumpulan karya aplikatif yang terkurasi.
Tapi apa aja sih yang harus ditampilkan? Gimana format terbaik dalam penyajian portofolio seorang content writer atau social media specialist? Jangan khawatir, artikel ini hadir untuk membantu kamu membuat portfolio untuk kamu yang bekerja di ranah tulis-menulis dan media sosial, yang tidak hanya menarik tetapi juga menjual.
Awali pembuatan portofolio dari why. “Kenapa aku harus bikin portofolio?” Nah, kalau kamu mau bikin portofolio karena lagi mencari kerja, maka gali pertanyaan berikutnya dengan memosisikan diri sebagai rekruiter: “Kenapa rekruiter harus lihat portofolioku dibanding portofolio kandidat lain?”
Dalam konteks pencarian kerja, portofolio yang baik bisa bercerita dengan kamu sebagai protagonis, alih-alih sekadar menunjukkan aktivitasmu. Maka, bak pengarang fiksi yang melakukan brainstorm jutaan ide cerita hanya untuk menelurkan satu saja, penting buatmu untuk menjawab pertanyaan terbesar “apa yang kira-kira bisa membuat portofolioku jadi cerita yang menarik?”
Ingat, dalam sehari seorang rekruter bisa menerima puluhan hingga ribuan portofolio pelamar lain. Meskipun menggiurkan untuk menampilkan semua karya kamu dalam portfolio, besar kemungkinannya untuk rekruiter melewati karya yang paling penting dan berdampak. Tapi, apa sih yang dianggap “penting” dan “berdampak” dari kacamata rekruter.
Seorang rekruter akan membaca sekilas portofoliomu lalu memberi kesimpulan singkat:
Prioritaskan proyek yang ingin kamu tampilkan sesuai dengan pekerjaan yang kamu cari. Sebagai contoh, jika kamu seorang content writer yang gemar membuat blog, kamu bisa tonjolkan karya-karya blog kamu terlebih dahulu. Jika kamu ingin bekerja sebagai social media specialist, kamu bisa tonjolkan karya-karya kamu di berbagai platform sebagai contoh.
Portfolio making 101: Hindari sekadar menampilkan karya tanpa konteks dan latar belakang project. Kalau cuma kumpulan screenshot karya, terus apa bedanya sama Pinterest? Sebagai seorang writer di mana storytelling adalah poin jualmu, perlakukanlah portofoliomu sebagai media bercerita.
Beri common ground pada rekruter supaya mereka tak perlu berasumsi pada karya-karyamu. Ceritakan secara singkat dalam satu kalimat masalah apa yang kamu sedang pecahkan lewat karyamu. Kamu bisa juga menceritakan brief dari klien atau rumusan masalah dari sebuah kasus yang kamu kerjakan.
Tak jarang, proyekmu adalah karya kolektif di mana kamu tidak bekerja sendiri, melainkan dalam sebuah tim. Boleh nggak sih memuat karya yang bukan milik kita seorang? Jawabannya: boleh. Silakan tulis apa peranmu dalam solusi yang ditawarkan melalui karya yang dibuat secara kolektif. Misalnya, kamu terlibat dalam proses pembuatan iklan video. Memang kamu tidak secara langsung melakukan shooting, berakting, atau mengedit videonya. Namun, jika kamu berperan dalam penulisan skrip, atau setidaknya ideasi storyline, tulis saja secara jujur. Toh, tanpa skrip atau storyline yang kamu buat, video tersebut belum tentu terjadi, bukan?
Pro tip:
Setelah kamu memilih proyek atau karya mana yang ingin kamu soroti, daripada menampilkan *job description* dari pekerjaan kamu sebagai content writer atau social media specialist, lebih baik kamu tampilkan kontribusi atau dampak yang telah kamu raih dalam pekerjaan tersebut.
Kamu bisa lakukan ini dengan berbagai cara seperti:
Tampilkan pencapaianmu dengan alur yang mudah diikuti. Kamu juga bisa sertakan foto atau screenshot relevan yang menceritakan pencapaian tersebut.
Kalau kamu belum ada bayangan untuk mengeksekusi pembuatan portofolio, nggak perlu khawatir! lingkaran punya template yang diramu dari berbagai kelas yang dipandu mentor-mentor terbaik di industri content writing dan social media specialist.
Rumus yang dipakai di template ini berhasil mengantarkan ratusan calon kandidat lolos dari tahap seleksi portofolio setiap tahunnya. Di dalamnya, terdapat contoh-contoh:
Tertarik untuk segera membuat portofoliomu? Berikut cara mudahnya:
Tunggu apa lagi, langsung download form di bawah, ya!