Bernadus Yuven Lamarian
Dewasa ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Hampir seluruh masyarakat dunia di semua umur memiliki smartphone, bahkan Kementrian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa 167 juta orang atau 89% dari total penduduk Indonesia pada bulan Maret 2021 menggunakan smartphone.
Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat sejalan dengan aktivitas di dunia maya terkhusus di bidang belanja online. Melansir data dari Indonesian E-commerce Association (idEA) dan We Are Social menunjukkan bahwa belanja online di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 25% hingga 30% pada kuartal pertama 2021.
Menurut PT. Visa Worldwide Indonesia terdapat 5 fitur e-commerce yang paling diminati yaitu pengiriman gratis (69 persen), voucher diskon (64 persen), kemudahan pembayaran (55 persen), respons cepat dari penjual (53 persen), dan kemampuan untuk melihat ulasan dari pelanggan lain (50 persen).
Setidaknya terdapat 7 e-commerce yang masih eksis di Indonesia berkat pemberlakuan fitur-fitur tersebut yaitu Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada Indonesia, Blibli, JD.id, dan Zalora Indonesia yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.
Berdasarkan data dari SimilarWeb kategori Marketplace di Indonesia, Tokopedia dan Shopee memiliki traffic share yang paling tinggi yaitu 32,04 % dan 29,78%. Peringkat ketiga hingga kelima disusul Bukalapak, Lazada Indonesia, dan Blibli.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat Indonesia sangat menyukai potongan harga. Hal ini terlihat Ketika menjelang libur hari raya besar, pusat pembelanjaan atau traffic e-commerce pasti akan meningkat.
Sebagai contoh di Bulan Ramadhan 2021, dilansir dari Big Data Analyst Continuum Data Indonesia, Muhammad Azzam mencatat, sejak awal Ramadan 2021 indeks konsumsi mengalami kenaikan sebesar 17 persen. Pelanggan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap e-commerce yang bersedia memberikan potongan yang besar seperti gratis ongkir dan voucher diskon.
Seringkali iklan bermunculan di berbagai sosial media, hal ini tentu menjadi salah satu cara yang paling efektif dari e-commerce dalam mem-branding produknya. Tercatat pada survei yang dilakukan oleh GWI 36 % pengguna Twitter cenderung membeli produk yang diiklankan.
Selain itu, dari data yang diambil APJII (Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet Indonesia) dan PUSKAKOM UI, 64,9% masyarakat Indonesia melakukan transaksi langsung dari media sosial. Kedua data ini menunjukkan bahwa pemasangan iklan melalui sosial media berdampak cukup besar untuk kelanjutan proses transaksi belanja online.
Selain harga, terdapat pertimbangan pembelian yang dilakukan oleh pelanggan yaitu tangkat kepercayaan pelanggan yang pernah membeli di toko tersebut. Pelanggan akan melirik seberapa akurat dan baik toko tersebut dalam menjual barang-barangnya dari jumlah produk yang berhasil dijual dan rating yang diberikan pelanggan lain setelah membeli produk tersebut.
Pelanggan akan semakin percaya ketika barang yang dijual cukup banyak dan memiliki rating diatas rata-rata. Kedua hal ini dijadikan acuan pertimbangan dalam pembelian online.
Aktivitas setiap masyarakat Indonesia memiliki kesamaan, dimana aktivitas seperti sekolah dan kerja biasanya dimulai dari pukul 7 pagi. Di sela-sela kesibukan tersebut, terdapat waktu sibuk yang umumnya digunakan pelanggan dalam belanja online.
Berdasarkan data iPrice Group, pukul 11.00 atau saat istirahat menjadi waktu yang paling sering dipakai pelanggan untuk belanja secara online (sekitar 69% lebih tinggi dari jumlah rata-rata pesanan e-commerce Indonesia). Hari Rabu menjadi hari yang paling sering digunakan berbelanja online dengan persentase sebesar 12% lebih tinggi dari hari yang lain.