Firetalks Bandung: Business Forecast 2019

Pada tanggal 8 Desember 2018 lalu, lingkaran menyelenggarakan trend forecasting talk berjudul Firetalks untuk mengakomodasi para business owner dalam menghadapi perubahan-perubahan di tahun 2019.

 

Dalam memulai dan mengelola bisnis, kita harus selalu menyesuaikan dengan keadaan yang terus-menerus berubah. Kita tidak bisa menerka secara pasti apa yang akan terjadi dengan bisnis kita di masa depan, namun kita dapat mengurangi resiko-resiko yang akan terjadi dengan cara memprediksi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi. Maka dari itu business forecasting dinilai dapat membantu para business owner untuk membuat keputusan yang tepat untuk mengurangi resiko.

Firetalks diadakan di The Greater Hub Bandung dan dimoderatori oleh Arif Hakim selaku Bandung Chapter Host lingkaran. Talkshow ini diisi oleh Ajie Santika, selaku CEO dari Everidea Interactive; Tri Adi Pasha, selaku representatif dari 1%LAB; dan Seterhen Akbar, CEO dari Labtek Indie.

Acara ini dimulai dengan napak tilas kejadian-kejadian penting yang terjadi di tahun 2019 seperti Asian Games 2019, IMF World Bank Meeting, serta Pilkada serentak. Seluruh pembicara juga menambahkan kejadian-kejadian penting di tahun 2018 dari kacamata mereka masing-masing.

 

Ajie Santika:

“Kalau saya sendiri sih lebih ke potensi di 2018 ini bahwa orang semakin paham kalau creative industry atau creative economy adalah industri yang besar. Kalau kalian lihat venture capital itu biasanya invest di startup, nah tahun 2018 itu peralihan dimana venture capital mulai invest di film dan creative entertainment lainnya.”

Tri Adi Pasha:

“Saya mau cerita aja apa yang terjadi sama saya di 2018 dan bagaimana saya melihatnya. Jadi, tahun 2018 itu adalah tahun terakhir saya ngobrak ngabrik kurikulum di SBM ITB untuk tahun pertama. Saya buat tim pengajarnya 20 orang dan belum ada yang s2, jadi saya masukin 20 orang itu ke dalam SBM dengan kontrak yang terpisah.

“Pertanyaannya adalah, kalau institusi segede SBM ITB bisa ngeluarin kontrak seperti itu, berarti sebenernya ada kebutuhan yang urgent kan tentang perubahan? Dan orang-orang yang ngelakuin perubahan tersebut adalah orang-orang yang diluar struktur.

“Jadi buat saya tuh 2018 ada kebutuhan perubahan di ranah struktural. Tapi buat saya ini simbolik banget, ini adalah representasi yang cukup mikro loh, bahwa ada institusi sebesar ini yang berani nerima perubahan. Sehingga changes itu dibutuhkan.”

Seterhen Akbar:

“2018 ini kita ngeliat growth pemahaman terhadap proses product development yang utuh makin besar. Customer lebih open tentang proses agile dan proses non-linear, sehingga ketidakpastian terhadap product development memang dilihat sebagai suatu kewajaran. Biasanya kan kalau orang pemerintah kalau bikin project itu harus sesuai kerangka acuan kerja, sehingga kalau membuat improvement yang lebih efisien nggak boleh juga.”

 

 

Kemudian, lingkaran juga bertanya tentang apa yang akan menjadi kebutuhan populer di tahun 2019 menurut industri dari masing-masing speaker.

Ajie Santika:

“Kalau dari data apapun, pariwisata Indonesia itu lagi membaik dan bandara banyak dibangun. Hanya pengadaan fasilitas SDM dan lain-lainnya tidak bisa mengikuti. Jadi dunia tuh udah pada tau Indonesia tuh kayak apa dan potensi-potensinya.

“Kalau di industri game, tahun 2019 kita prediksi 99% market share games dikuasai oleh asing. Penetrasi games di Indonesia tahun 2020 tuh bisa sampai 50%, kalau sekarang masih 40% dari game-game mobile seperti mobile legends.

“Selain itu, korporasi banyak yang lagi berlomba-lomba bikin consumer goods versi sendiri. Nggak cuma di bidang kuliner tapi hal-hal lain seperti make-up. Contohnya ada line kosmetik yang dimiliki oleh oppo.”

Tri Adi Pasha:

“Kalau saya sebagai produsen, saya mau bilang kedepannya ngga akan ada trend. Kenapa? Soalnya stress level orang-orang udah makin tinggi buat ngomongin changes yang semakin cepat. Sebenarnya kita duduk di acara ini ngomongin forecast karena kita panik karena bakal ada changes. Tapi kedepannya kita tidak terlalu mementingkan perubahan.”

Seterhen Akbar:

“Secara global, korporat akan semakin butuh digital transformation, sebenernya ini di-backing sama kejadian tahun 2016 waktu itu microsoft sama harvard business bikin digital transformation. Setelah mereka survey ke ratusan korporat di dunia dengan pertanyaan ‘kapan kita akan kena digital disruption?’ dan mayoritas bilang akan ke-disrupt dalam 3 tahun kedepan, yaitu 2017 sampai 2020.”

lingkaran juga bertanya hal-hal yang lebih spesifik, pertanyaan pertama adalah bagaimana setiap speaker melihat pemerintah dan regulasinya dalam pengaruh bisnis di tahun 2019.

Ajie Santika:

“Kalau dulu biasanya kan orang kalau mencapai umur 40an dan udah sukses baru masuk ke ranah pemerintah. Makanya orang pemerintahan biasanya kolot-kolot, dan biasanya skemanya akan berujung korupsi. Sekarang kan semakin banyak perubahan, kayak anak muda akhirnya bisa masuk di pemerintahan. Jadi skema seperti itu sudah bisa berubah.”

Seterhen Akbar:

“Menurut saya secara nasional, banyak hal udah mulai shifting. Drive-nya juga udah mulai bermunculan seperti Go-Jek dan BEKRAF. Saya juga dapet kabar dari teman saya di badan pemerintahan kalau orang-orang muda sudah bisa ngasih input tentang bagaimana harusnya Indonesia dibangun dari segi infrastruktur dan lain-lain.

“Kalau di level sehari-hari, skenario pemerintah nge-reach out kita langsung untuk bikin suatu drive kayaknya masih nggak mungkin. Jadi menurut saya mendingan kita yang disrupt dan nanti pemerintah tinggal ngikutin atau ngasih legitimasi secara formalnya.”

Karena firetalks kali ini dilaksanakan di Bandung, lingkaran juga menggali pendapat speaker tentang Bandung, sebagai kota kreatif dan evolusinya di tahun 2019.

Ajie Santika:

“Menurut saya Bandung itu kota yang ideal kalau kita mau membangun peradaban di kota lain. Bandung itu ceritanya agak-agak mirip dengan cerita Soekarno-Inggit Ganarsih, dulu Soekarno ketika masih susah menikah dengan bu Inggit yang orang Bandung, beliau mengantarkan Soekarno sampai ke gerbang kemerdekaan. Sama kayak semua orang produksi sesuatu dan dimulai di Bandung namun akhirnya diaplikasikan di kota lain.“

Tri Adi Pasha:

“Saya sebenernya cukup kaget ketika ngeliat Research Development-nya bukalapak ada di Dago, yang sebenernya deket banget dari ITB dan UNPAD. Ini berarti indikasi kalau modal-modal akan semakin mendekati Bandung. Bandung udah mulai shifting yang tadinya kota industri teh menjadi tech. Saya selalu percaya kalau kita butuh space produktif buat orang bisa berkreasi, dan tempat itu bukan Jakarta, dan kalau Bandung akan shifting menjadi Jakarta saya mending pindah ke luar kota sih.”

Seterhen Akbar:

“Saya cuma observe apa yang ada, pertama sudah ada inisiasi kereta cepat Jakarta-Bandung, Summarecon di Gedebage, Block 71 dateng ke Bandung, dan kereta Jakarta-Bandung tiketnya udah mulai susah didapetin. Menurut saya, Bandung akan semakin obvious menjadi substitusinya Jakarta. Mungkin Bandung akan makin sibuk dan akan menjauh dari visi awalnya sebagai Paris van Java.”

 

 

 

Firetalks adalah event tahunan lingkaran yang membahas tentang prediksi-prediksi untuk tahun berikutnya. Firetalks tahun 2018 diadakan di Jakarta dan Bandung dan membahas tentang prediksi bisnis dan talent. Respon pembicara telah diedit untuk tujuan efisiensi dan kejelasan.
Share Now

Kinan Kawuryan

More Posts By Kinan Kawuryan

Related Post