Firetalks Jakarta: Talent Forecast 2019

Pada tanggal 13 Desember 2018 lalu, lingkaran membuat sebuah trend forecasting talk berjudul Firetalks untuk mengakomodasi para pencari dan pemberi kerja dalam menghadapi perubahan-perubahan di bidang talent untuk tahun 2019.

 

Sebuah organisasi membutuhkan pekerja-pekerja berbakat untuk mencapai tujuan-tujuannya. Namun, seiring berkembangnya ekonomi, definisi berbakat mulai berubah dan berkembang. Memenuhi kualifikasi pekerjaan dan merekrut orang yang tepat pun menjadi sebuah tantangan baru yang terus berkembang.

Firetalks diadakan di  Vamonos Coworking Menteng dan dimoderatori oleh Agi Anyndhita selaku representative dari lingkaran. Talkshow ini diisi oleh Adil Alba sebagai representatif dari talent.id, Wisnu Adryan selaku marketing lead Glints, serta Bhisma Al, chairman dari Socialights Indonesia.

Acara ini dimulai dengan napak tilas kejadian-kejadian penting yang terjadi di tahun 2019 seperti Asian Games 2019, IMF World Bank Meeting, serta Pilkada serentak.

Kemudian, lingkaran juga berdiskusi tentang hal-hal yang akan terjadi di ranah ketenagakerjaan di tahun 2019.

Adil Alba:

“Saya melihat 2019 sebagai kemungkinan yang menarik. Ada kecenderungan anak muda untuk menjamah lini-lini yang belum terjamah karena jumlahnya makin banyak dan persaingan makin keras. Contoh gampangnya  banyak anak muda yang masuk ke politik praktis, tidak sebagai buntut tapi juga memberi masukan yang baik untuk senior-seniornya. Maka dari itu orang-orang tua mulai melihat anak muda dan memberikan ruang untuk mereka. Sehingga startup jadi banyak banget dan diinisiasi anak muda. Cuman sekarang permasalahannya lini mana lagi yang bisa dimasukin?“

Wisnu Adryan:

“Perpanjangan yang sudah terjadi di 2018, kalau dari segi employers mereka akan seperti biasa kesulitan mencari talent-talent karena akan semakin saturated di market dengan banyaknya lulusan yang masuk. Kalo dari segi kandidat kalo generasi Y mereka ingin lompat ke digital platform yang lebih mature dan di safest zone.

“Kemudian anak lulusan baru akan semakin sulit dapat kerja yang mereka inginkan, mereka itu qualified tapi karakter atau uniqueness-nya yang kadang ngga ada. Kalau dulu aktif di organisasi itu udah jadi highlight CV yang bagus, tapi sekarang kurang. Akan lebih baik kalau dia terlibat di hal-hal proaktif lain seperti riset. Jadi it’s a combination of uniqueness and exposure.

Bhisma Al:

“Sebetulnya dari sisi employers juga sulit cari talent karena jarang ada yang qualified enough. Di Socialights, kita lihat sosial medianya mereka, karena kalo dari kami sebagai employer akan merekrut seseorang, dia akan menjadi representative dari brand kami diluar sana.

“Kita juga akan melihat dari sisi inovasi, apakah dia bisa inisiatif atau ngga. Kalau dari kita sesimpel melihat gimana cara dia bales e-mail. Yang kedua adalh problem solver, biasanya kita ngadain test untuk itu. Dan yang terakhir adalah loyal, karena generasi sekarang itu bosenan. Kalau kita ngeliat orang yang experience-nya banyak dengan umur yang muda, kita malah ngeliat orang itu nggak loyal. Apalagi dengan perpindahan industri yang cukup extreme, kita bakal mikir ‘this person doesn’t know what he/she wants.’“

lingkaran menyadari bahwa sejak tahun 2018 awal adalah saat dimana angkatan pertama dari generasi Z akan mulai masuk ke industri pekerjaan. Generasi Z  yang biasanya didefinisikan sebagai orang yang lahir di pertengahan 1990an sampai pertengahan 200an adalah generasi yang ramah akan teknologi dan sosial media. Namun bagaimana akibatnya apabila sebuah di dalam industri terdapat beberapa generasi yang berbeda?

Wisnu Adryan:

“Kalau pertanyaannya apakah generation gap akan terasa atau tidak, kalau di Glints salah satu culture yang kita punya adalah beginners mindset, dalam artian orang yang experienced di glints paling cuma 3%. Jadi bisa dibilang bahwa kita percaya sama anak muda dan mengutamakan yang fresh grad karena mereka masih punya semangat. Biasanya yang kita tolak itu yang experienced dan merasa experienced, karena hal itu yang akan membuat generation gap semakin berasa. Jadi generation gap itu sebenarnya  memang ada tapi deal with it aja, be relevant.”

Adil Alba:

“Kita terlalu banyak terfokus sama hard skill sampai kita lupa sama soft skill. Itu permasalahan yang akhirnya jadi umum. Jadi menurutku kita jangan lupa sama soft skill tidak hanya untuk generasi Z tapi generasi lainnya juga. Kita udah banyak denger soal industri 4.0 yang akan banyak menebas habis lapangan pekerjaan namun yang tidak bisa digantikan adalah soft skill.”

Bhisma Al:

“Ngomongin generation gap antara Y dan Z yang paling stands out dari kacamata saya adalah technology adaptability. Kalau Z tuh kasarnya mereka born to swipe. Jadi generasi Z itu cepet banget sama teknologi, dan sebenarnya itu salah satu keunggulan dari generasi Z. Tapi saya merasa hard skills yang hilang itu microsoft office, karena generasi Z itu jago banget kalau main snapchat dan lain-lain tapi ketika bikin report menggunakan microsoft office masih berantakan.”

 

 

lingkaran juga berdiskusi tentang pekerjaan  yang paling diminati di tahun 2019.

Wisnu Adryan:

“Kalau menurut saya pekerjaan yang berhubungan dengan event atau community manager tuh lagi rising. Pokoknya yang berhubungan dengan komunikasi dan networking. Tapi dari data Glints, tingkat pekerjaan yang paling banyak dicari itu malah operations, karena community manager itu mostly yang kepilih adalah yang gaul-gaul. Sementara orang-orang ini harus kerja karena ada kebutuhan.

Data scientist kebutuhannya selalu paling banyak tapi applicant-nya makin sedikit. Kemudian orang juga masih lebih mementingkan company yang sudah established ketimbang opportunity lain karena menginginkan safety dan security.”

Kami juga bertanya tentang kesiapan pemerintah dalam menghadapi tantangan industri yang cepat berubah.

Adil Albi:

“Pemerintah nggak pernah siap tapi itu jadi peluang yang besar bagaimana komunikasi-komunikasi terbangun. Jadi jangan terlalu berharap sama pemerintah, tapi kita juga punya nilai tawar untuk berkontribusi. Jadi saran buat temen-teman yang 2019 akan banyak berhubungan sama pemertintah, ayo sebanyak mungkin kita bangun komunikasi sama pemerintah karena pemerintah juga ada keterbatasan. Pemerintah bergeser perannya jadi moderator dan fasilitator instead of memerintah.”

Terakhir, kami meminta pendapat tentang skill yang akan penting di tahun 2019.


Bhisma Al:
“Digital itu berkembang, dan gak mungkin kita step back. Digital juga mempengaruhi banyak hal. Kedepannya segala sesuatu akan di-measure dan didata agar bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih baik lagi. Kalau pengen stands out banget kasih tambahan di CV kalau kamu bisa baca data dan mengambil keputusan dari data.”

 

 

Firetalks adalah event tahunan lingkaran yang membahas tentang prediksi-prediksi untuk tahun berikutnya. Firetalks tahun 2018 diadakan di Jakarta dan Bandung dan membahas tentang prediksi bisnis dan talent. Respon pembicara telah diedit untuk tujuan efisiensi dan kejelasan.
Share Now

Kinan Kawuryan

More Posts By Kinan Kawuryan

Related Post